Sungguh…. Almarhumah Wanita Hebat. Prosesi Urus Jenazahnya Penuh Pilu dan Airmata

Ibu dari keluarga rumah sebelah wafat. Kabar tersiar cepat. Para tetangga ramai datang melawat. Dikenal keluarga itu hidup bersahaja, taat beragama. Anaknya ada 4, semuanya alumni pondok. Mereka hidup rukun dan bahagia walau bukan tergolong orang berada.

Pak ustadz yang biasa urus jenazah ditelepon keluarga, meminta untuk mengurus jenazah. Dapat kabar itu, pak ustadz cepat-cepat bergegas ke rumah duka. Karena hari jelang malam, tidak mungkin dikubur hari itu, sehingga disepakati pengurusan jenazah esok hari. Cukup dilap dulu dan ditutupi kain.

Esok hari, pagi-pagi pak ustadz hadir, persiapkan untuk keperluan jenazah. Saat mau dimandikan, anak tertuanya minta izin pada pak ustadz :

“Bolehkah kami mandikan sendiri jenazah Ibu kami, dan ustadz yang menuntun tata caranya?.” Ustadz menjawab permintaan tulus itu, “sangat boleh, sebetulnya yang lebih afdol, anak atau keluarga yang memandikannya,” jawab ustadz, salut dan senang inisiatif mereka.

Pak Ustadz pun mengatur dan membagi tugas. Suami almarhumah bersihkan bagian kepala, anak lelakinya bagian kaki, anak putrinya bagian tengah. Dengan ucapan basmallah dan salawat mandi dimulai. Pak ustadz meminta mereka untuk kenakan sarung tangan.

Dengan halus anak-anaknya menolak, seraya berkata… “dulu Ibu saat mandikan kami tidak pakai sarung tangan, kami pun tidak tega mandikan ibu pakai sarung tangan” jawab mereka.

Ustadz terharu dengarnya. Dan mulailah mandikan jenazah. Suami disuruh nekan perut secara lembut, biar keluar isi perut dan suci.

Suami lakukan, dan keluar ucapan yang mengharukan : “Sayangku… ini rahim yang dulu mengandung dan melahirkan anak kita. Terima kasih sayangku, jasamu sangat mulia,” tutur suami dengan mata berkaca-kaca.

“Sayangku… inilah wajah manis yang aku tatap semasa hidupmu. Wajah yang aku sayangi. Wajah yang penuh setia…” suami tumpahkan rasa cinta dan kasih sayangnya.

“Sayangku… inilah bibirmu yang selalu senyum.. Kata-kata mu lembut. Guraumu pemberi semangat.” ucapnya masih linangan airmata.

Tiga putrinya, berbuat sama. Mengundang air mata. “Ibu… inilah tangan balus yang besarkan kami. Membelai kami. Menyuapkan nasi ke mulut kami. Kedua tanganmu menengadah pada Allah mendo’akan kami… Jemarimu ini yang mengusap airmata saat kami bersedih. Tangan ini yang gendong kami. Jasa ibu amat besar…” tuturnya dengan deraian air mata.

Saat bersihkan perut, suara anaknya bergumang, “Ibu… inilah perut yang mengandung kami selama 9 bulan 10 hari… Bebanmu sangat berat. Terima kasih Ibu.. telah melahirkan, membesarkan kami,” tuturnya dengan air mata terus berlinang…!

Sungguh…! Suasana pilu menyaksikan anak sholeh sholehah yang perlakukan jenazah Ibundanya penuh kasih sayang, mengingat masa-masa indah bersamanya.

Anak lakinya yang bersihkan kaki, meluapkan emosi kasih sayang dan berucap : ” Ibu… inilah kaki yang antarkan kami ke sekolah… Jenguk kami di pondok… Kaki inilah yang bawa kami jalan-jalan. Jasamu tak terbalaskan. Terima kasih Bunda…” ujarnya dengan suara tersendat. Air mata pelayat tak terbendung saksikan prilaku anak-anak yang bakti pada ibunya.

Usai dimandikan, jenazah dibawa ke ruang tamu untuk dibungkus dengan kain kafan. Anak dan suami lakukan dengan sempurna, atas petunjuk dari ustadz.

Di pemakaman, suami memulaikan istrinya, dengan minta izin untuk menyampaikan pesan terakhir. Selepas salam dan ucapan terima kasih, ia luapkan emosi cinta : “Sayangku… hari ini terakhir, dinda bersama kami… Engkau berpisah dengan anak-anak, berpisah denganku, berpisah dengan keluarga, berpisah dengan tetangga.”

“Kami selalu menyayangimu… Mulai malam ini aku hanya ditemani di sampingku tanpa engkau”.

“Sayangku… nanti akan datang malaikat Mungkar & Nakir bertanya… Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa Agamamu? Apa Kiblatmu? Apa Peganganmu? Siapa Sanak Saudaramu

“Jawablah dengan tenang… Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Islam Agamaku, Ka’bah Kiblatku, Quran Petunjukku dan orang Islam saudaraku…” tutur suami tumpahkan semua kesedihan dan rasa cintanya.

Ia lanjutkan “Insya Allah kita akan jumpa lagi di Surganya Allah… Tunggu kami di sana. Kami akan tetap rindukanmu hingga akhir hayat Insya-Allah…!” tutupnya dengan perasaan puas dan jiwa yang lapang. @HMT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *